Friday, 13 May 2016

03:12:00
 
Pada hari Rabu yang lalu untuk pertama kalinya dalam waktu 85 hari ditutupnya gerbang perbatasan atau sekitar tiga bulan terakhir Mesir membuka kembali perbatasannya dengan Gaza. Ribuan warga dari Palestina bergegas ke perbatasan tersebut berharap untuk dapat keluar melintas melalui gerbang Rafah tersebut, namun gerbang perbatasan tersebut hanya terbuka selama dua hari. Perbatasan Rafah adalah pintu gerbang perbatasan antara Palestina dan Mesir, yang hanya tersisa bagi warga Palestina di jalur Gaza untuk ke dunia luar, setelah pihak Israel mulai memberlakukan blokade di Jalur Gaza pada tahun 2007 lalu.
 

Dengan penutupan total ini, terdapat sekitar 1,8 juta lebih warga Palestina yang "terkunci di Gaza dan ditolak untuk dapat akses gratis ke luar". Jadi pada hari Rabu dan Kamis Kemarin sebelum ditutupnya kembali di gerbang perbatasan Rafah telah terdapat sekitar 30.000 warga Gaza yang sedang menunggu daftar antrian untuk dapat menyeberang ke Mesir. Namun diperkirakan hanya beberapa ribu orang saja yang dapat melintas diperbatasan tersebut antara lain pasien, mahasiswa dan pemegang izin tinggal di negara-negara ketiga.


Setelah peristiwa Abdel Fattah Al-Sisi dan militer Mesir menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada bulan Juli tahun 2013 yang lalu, hubungan Mesir dengan Gaza semakin memburuk secara dramatis. Alasan Penguasa baru Mesir itu menganggap bahwa kelompok Hamas merupakan perpanjangan dari kelompok Ikhwanul Muslimin Mesir, yang mereka anggap sebagai organisasi teroris.


Pada saat di bawah pemerintahan Presiden Morsi terdahulu, rata-rata sekitar 34.000 orang dapat menyeberang melalui gerbang Rafah pada setiap bulannya di tahun 2012. Namun sebaliknya setelah dibawah pemerintahan Al-sisi  pada tahun 2014 gerbang perbatasan ditutup selama 241 hari atau 8 bulan, dan pada tahun 2015 gerbang itu pernah dibuka hanya selama 19 hari.

0 comments: