Pada hari Rabu yang
lalu untuk pertama kalinya dalam waktu 85 hari ditutupnya gerbang perbatasan atau
sekitar tiga bulan terakhir Mesir membuka kembali perbatasannya dengan Gaza. Ribuan
warga dari Palestina bergegas ke perbatasan tersebut berharap untuk dapat
keluar melintas melalui gerbang Rafah tersebut, namun gerbang perbatasan
tersebut hanya terbuka selama dua hari. Perbatasan Rafah adalah pintu gerbang perbatasan
antara Palestina dan Mesir, yang hanya tersisa bagi warga Palestina di jalur Gaza
untuk ke dunia luar, setelah pihak Israel mulai memberlakukan blokade di Jalur Gaza
pada tahun 2007 lalu.
Dengan
penutupan total ini, terdapat sekitar 1,8 juta lebih warga Palestina yang
"terkunci di Gaza dan ditolak untuk dapat akses gratis ke luar". Jadi
pada hari Rabu dan Kamis Kemarin sebelum ditutupnya kembali di gerbang perbatasan
Rafah telah terdapat sekitar 30.000 warga Gaza yang sedang menunggu daftar antrian
untuk dapat menyeberang ke Mesir. Namun
diperkirakan hanya beberapa ribu orang saja yang dapat melintas diperbatasan
tersebut antara lain pasien, mahasiswa dan pemegang izin tinggal di
negara-negara ketiga.
Setelah
peristiwa Abdel Fattah Al-Sisi dan militer Mesir menggulingkan Presiden Mohamed
Morsi pada bulan Juli tahun 2013 yang lalu, hubungan Mesir dengan Gaza semakin memburuk
secara dramatis. Alasan
Penguasa baru Mesir itu menganggap bahwa kelompok Hamas merupakan perpanjangan
dari kelompok Ikhwanul Muslimin Mesir, yang mereka anggap sebagai organisasi
teroris.
Pada saat di bawah pemerintahan Presiden Morsi
terdahulu, rata-rata sekitar 34.000 orang dapat menyeberang melalui gerbang Rafah
pada setiap bulannya di tahun 2012. Namun
sebaliknya setelah dibawah pemerintahan Al-sisi pada tahun 2014 gerbang perbatasan ditutup selama
241 hari atau 8 bulan, dan pada tahun 2015 gerbang itu pernah dibuka hanya selama
19 hari.
0 comments:
Post a Comment