Monday, 25 April 2016

10:45:00

Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi telah mendesak warga dan lembaga-lembaga untuk melakukan bela negara menjelang akan terjadinya protes anti-pemerintah yang direncanakan akan secara besar dan bisa berdampak adanya gangguan keamanan Nasional. Dalam pidatonya di televisi, Mr. Sisi mengatakan upaya pihak yang akan mengguncang pemerintahan Mesir tidak akan berhasil jika negara mesir berdiri bersatu. Keamanan telah ditingkatkan di seluruh negeri, dan para pejabat telah memperingatkan mereka akan tegas terhadap pengunjuk rasa yang anarkis.

Hal yang menyebabkan terjadinya protes kepada pihak pemerintah dikarenakan adanya kesepakatan pemerintah baru-baru ini yang menyerahkan kedaulatan atas dua buah pulau yang ada di Laut Merah kepada Arab Saudi. Mr. Sisi telah membela keputusannya, beliau mengatakan pulau Sanafir dan pulau Tiran akan tetap milik Arab Saudi. Kelompok aktivis sekuler telah menyerukan rencana akan melakukan demonstrasi pada hari Senin bertentangan undang-undang anti-protes yang melarang pertemuan yang tidak sah.


Protes telah dijadwalkan pada hari libur yang menandai ulang tahun penarikan Israel dari Semenanjung Sinai pada tahun 1982. "Saya melihat ada orang yang mengatakan sekali lagi untuk melakuka kerusakan di Mesir, menggangu keamanan dan stabilitas, bahwa ada kelompok pasukan "jahat" yang bersekongkol akan melawan negaranya." kata Mr. Sisi. "Tanggung jawab kami adalah untuk melindungi keamanan dan stabilitas negara, dan saya berjanji kepada warga Mesir bahwa tidak ada yang akan meneror mereka lagi".

Para petugas keamanan dan tentara telah dikerahkan ke daerah-daerah utama kota Mesir, dan agen telah menangkap puluhan aktivis, wartawan dan pengacara dari rumah dan kafe mereka di Kairo. Seperti yang dilansir kantor berita AFP, Dalam sebuah pernyataan Menteri Dalam Negeri Mesir Magdy Abdel Ghaffar mengatakan "pasukan keamanan, akan siap menghadapi dan bertindak tegas di setiap upaya ekstrim yang akan mengganggu ketertiban umum,". Pengamat mengatakan ketidakpuasan publik dengan Mr Sisi telah mulai berkembang dan bertambah disebabkan oleh adanya kasus baru-baru ini tentang penyalahgunaan ekonomi negara, dimana situasi ekonomi yang lagi menurun di duga di salah gunakan untuk kepentingan pasukan keamanan.


Sebagai mantan kepala angkatan bersenjata, sebelumnya Mr Sisi merupakan pemimpin yang melakukan penggulingan secara militer terhadap Presiden Mohammed Morsi, yaitu seorang pejabat dari persaudaraan Muslim, Jamaah Ikhwanul Muslimin, yang terjadi pada tahun 2013 yang lalu bersamaan dengan terjadinya protes massa yang besar. Sejak saat itu, lebih dari 1.000 orang telah tewas dan 40.000 orang diyakini telah dipenjara dalam penumpasan sweeping karena perbedaan pendapat, kebanyakan dari mereka merupakan anggota dari Ikhwanul Muslimin yang dilarang di sana. Aktivis hak asasi manusia lokal dan internasional mengatakan situasi di negara adalah situasi terburuk yang pernah terjadi di Mesir.

0 comments: