Didasari oleh adanya beberapa serangan teror yang sering terjadi selama dalam waktu enam bulan terakhir ini, empat
nama perusahaan terbesar dalam bidang teknologi telah ikut mendaftar dan menandatangani kode etik Uni Eropa, dalam kode etik itu mereka berkomitmen untuk menghapus "mayoritas" kalimat ataupun kata-kata yang mengandung
kebencian pada jaringan media sosial mereka mereka dalam waktu 24 jam.
Komitmen, yang dibuat oleh Facebook, Twitter, Microsoft dan YouTube,
merupakan bagian dari dorongan Uni Eropa untuk memerangi kebencian
ilegal yang di dasari dari serangan teror di Brussels pada awal tahun ini dan
serangan terhadap Paris pada bulan November tahun lalu. Serta
berkomitmen untuk memiliki "proses yang jelas dan efektif untuk
meninjau pemberitahuan" perusahaan juga telah berkomitmen untuk "untuk
meninjau mayoritas pemberitahuan berlaku untuk penghapusan kebencian
ilegal dalam waktu kurang dari 24 jam dan menghapus atau menonaktifkan
akses ke konten, jika diperlukan."
Sementara perusahaan seperti Twitter dan Facebook memiliki banyak
ketentuan yang disebutkan dalam isi kode etik itu. Di dalam pernyataannya Vera Jourová, yang menjabat sebagai Komisaris Keadilan Uni
Eropa mengatakan, "Serangan-serangan
teror baru-baru ini telah mengingatkan kita tentang kebutuhan yang mendesak
untuk mengatasi kebencian online yang ilegal," . "sangat disayangkan Media sosial adalah salah satu alat yang digunakan oleh kelompok teroris
untuk meradikalisasi anak muda dan menggunakan rasis untuk
menyebarkan kekerasan dan kebenciannya."
Keempat perusahaan juga telah berjanji untuk memastikan persyaratan
layanan mereka dan membuat jelas pedoman bagi masyarakat bahwa kebencian
tidak akan ditoleransi serta mereka akan menyediakan tools pelaporan yang memadai agar pengguna lebih mudah untuk melaporkan jika ada yang melakukan penyalahgunaan pedoman
ini.
Kode
baru ini juga memungkinkan perusahaan untuk membangun jaringan
"wartawan dunia" yang akan dilatih untuk mengetahui apa yang bisa dan
tidak diizinkan oleh pedoman komunitas masing-masing perusahaan. Uni Eropa mendorong perusahaan untuk membuat jaringan wartawan ini di
banyak negara mungkin juga dengan bekerja sama dengan organisasi-organisasi
masyarakat sipil untuk mengidentifikasi individu yang bisa mengisi
peran yang diperlukan.
Dalam
menanggapi semakin bertambahnya konten yang mengandung kebencian, Twitter telah diam-diam memperbarui aturannya untuk melarang konten tersebut, dan pada bulan
Februari lalu perusahaan mengumumkan telah menghentikan lebih dari 125.000
rekening untuk "mengancam atau mempromosikan tindakan teroris, terutama
yang berkaitan dengan kelompok ISIS" dalam enam bulan sebelumnya."Perilaku
kebencian tidak memiliki tempat di Twitter dan kami akan terus
mengatasi masalah ini bersama-sama dengan mitra kami di industri dan
masyarakat sipil," kata Karen white, kepala Twitter bidang kebijakan publik untuk Eropa.
0 comments:
Post a Comment