Pemerintah
Cina telah mengumumkan akan menghentikan komunikasinya dengan Taiwan karena adanya
penolakan dari taiwan untuk diperintah dan tidak mengakui prinsip "Satu
China". China, yang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang bandel, sangat
mencurigai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang baru menjabat bulan lalu, mereka
menduga ia akan mendorong untuk melakukan kemerdekaan formal.
Tsai, yang mengepalai pro-kemerdekaan Partai Progresif Demokratik, mengatakan ia ingin mempertahankan status quo dengan China dan berkomitmen untuk tetap menjaga perdamaian. Mekanisme komunikasi yang teratur telah dilakukan demi mengikuti perbaikan yang cepat dari ikatan di bawah kekuasaan Taiwan maka presiden Ma Ying-jeou, yang menjabat pada tahun 2008 dan menandatangani serangkaian perdagangan dan pariwisata penawaran dengan China.
"Dengan cara pengumuman ini hanya banyak basa-basinya saja. Tidak ada yang benar-benar diharapkan oleh Partai Komunis Cina untuk membangun pembicaraan resmi dengan Taiwan," kata Andreas Fulda, rekan senior di China Policy Institute di University of Nottingham, yang di kutip dari media al jazeera. Cina telah bersikeras Tsai mengakui "konsensus 1992" yang telah dicapai antara Komunis China dan Nasionalis yang kemudian berkuasa Taiwan, di mana keduanya setuju prinsip hanya ada “satu China”, dengan masing-masing memiliki interpretasi mereka sendiri-sediri.
Tsai, yang mengepalai pro-kemerdekaan Partai Progresif Demokratik, mengatakan ia ingin mempertahankan status quo dengan China dan berkomitmen untuk tetap menjaga perdamaian. Mekanisme komunikasi yang teratur telah dilakukan demi mengikuti perbaikan yang cepat dari ikatan di bawah kekuasaan Taiwan maka presiden Ma Ying-jeou, yang menjabat pada tahun 2008 dan menandatangani serangkaian perdagangan dan pariwisata penawaran dengan China.
"Dengan cara pengumuman ini hanya banyak basa-basinya saja. Tidak ada yang benar-benar diharapkan oleh Partai Komunis Cina untuk membangun pembicaraan resmi dengan Taiwan," kata Andreas Fulda, rekan senior di China Policy Institute di University of Nottingham, yang di kutip dari media al jazeera. Cina telah bersikeras Tsai mengakui "konsensus 1992" yang telah dicapai antara Komunis China dan Nasionalis yang kemudian berkuasa Taiwan, di mana keduanya setuju prinsip hanya ada “satu China”, dengan masing-masing memiliki interpretasi mereka sendiri-sediri.
Dalam pernyataan singkat yang dilakukan oleh kantor berita resmi Cina Xinhua, Kantor Urusan Taiwan-China mengatakan bahwa sejak tanggal 20 Mei, ketika Tsai telah mengambil alih kantor, Taiwan belum ada melakukan penegasan terhadap konsensus ini. "Karena dari pihak Taiwan belum belum mengakui “konsensus 1992”, secara politik bersama ini untuk menunjukkan satu prinsip dengan Cina, hubungan jalur Selat Taiwan dan mekanisme komunikasi sudah berhenti," ujar An Fengshan, juru bicara kantornya.
Pengumuman itu datang dari Taiwan yang mengungkapkan kemarahannya atas di deportasinya 25 orang warga negara Taiwan dari Kamboja ke Cina yang telah dituduh atas kasus penipuan pada hari Jumat lalu, dan diabaikannya upaya dari para pejabat Taiwan untuk mengirim mereka kembali ke Taiwan. "Tindakan Cina Ini adalah tindakan yang sangat unusal dan tampaknya berlawanan karena jika Partai Komunis China sangat ingin untuk memenangkan hati dan pikiran dari Taiwan, mereka tidak akan ikut terlibat dalam kegiatan semacam ini," kata Fulda
0 comments:
Post a Comment